Pages

Sunday, August 17, 2008

Merdeka (apanya?)

Sudah 63 tahun Indonesia sudah merdeka, tapi tampaknya Indonesia masih jauh dari apa yang kebanyakan orang bilang sebagai kemerdekaan sejati. Masih banyak kebobrokan di mana-mana, mulai dari instansi pemerintah, sampai tukang parkir di pinggir jalan. Kita bisa melihat dari berbagai media tentang keadaan Indonesia saat ini, khususnya mengenai persiapan menjelang pemilu. Sudah mulai banyak calon-calon pemimpin bangsa ini yang mulai mempromosikan diri mereka.Tapi tampaknya bangsa ini sudah mulai bosan dengan janji-janji gombal para pemimpin hehe...
Kemerdekaan di bidang media juga ternyata berperan besar dalam penyampaian informasi kepada kita. Tapi tentu saja kemerdekaan dan kebebasan ini juga harus berada dalam koridor yang baik dan benar. Masih sering saya lihat tentang peringatan pemerintah mengenai beberapa acara tertentu di televisi. Salut untuk pemerintah yang sudah mulai menerapkan aturan yang baik untuk media yang ada dan isi dari media tersebut. Misalnya saja mengenai label tayangan (biasanya ada di bagian atas layar) yang sudah mulai menjadi standar di televisi (misal: Bimbingan Orangtua, Remaja, Dewasa, Anak-anak, dll) atau juga iklan yang sudah mulai diseleksi kelayakan tampilnya di media.
Walau demikian terkadang saya juga masih menemukan hal yang tampaknya kurang sesuai. Misalnya dalam acara berita di televisi terkadang masih ada "kameraman nakal" dan "penyusun berita nakal" (saya membedakan pembaca berita dengan orang yang menyusun berita untuk dibacakan para pembaca berita, terutama yang cantik :p). "Hee.. apa tuh maksudnya kameraman nakal?", kira-kira begitu protes kameraman yang membaca blog ini. Yang saya maksud disini adalah ke-iseng-an kameraman yang biasanya mencari wajah-wajah wanita yang fotogenik atau kameragenik dan di-shoot lebih lama dibanding yang lain, bahkan ada juga yang sempat di zoom :p (silahkan cek di acara berita atau acara kuis yang ada di televisi). Sementara yang saya maksud dengan "penyusun berita nakal" disini adalah pemilihan kata-kata dalam naskah berita yang terkadang kurang objektif, atau menimbulkan konotasi dan pandangan yang berbeda. Padahal sebaiknya mungkin suatu berita itu disampaikan secara objektif dan jelas, tanpa dibumbui kalimat yang bisa menimbulkan kerancuan atau bersifat provokatif (cuma ada beberapa tayangan provokatif yang saya suka, salah satunya Wisata Kuliner, memprovokasi untuk meneteskan air liur hehe). Tapi yah, itulah media, cuma berfungsi sebagai alat penyampai informasi. Orang-orang yang berada di balik media justru yang bertanggungjawab untuk mengarahkan media. Dirgahayu ke-63 untuk Indonesiaku, semoga tahun depang bisa jadi tahun gemilang untuk Indonesia.

"Aku bermimpi bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar..." (pandu)

No comments:

Post a Comment