Pages

Thursday, January 5, 2012

Law of Sacrifice

Mendokumentasikan dan menulis ulang kumpulan twit yang lampau :) Enjoy and be inspired...




Hari ini mau berbagi soal sacrifice/pengorbanan. Pengorbanan identik dengan aksi tanpa pamrih demi orang lain. Padahal pengorbanan itu nggak murni sikap altruistik semata (altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri).

Definisi sacrifice menurut American Heritage Dictionary adalah “To forfeit something for something else considered to have a greater value”. Dari definisi itu, pengorbanan biasanya kita lakukan untuk sesuatu yang kita percaya memiliki nilai jauh lebih berharga dari apa yang kita korbankan, ada nilai unselfishness (tidak egois) disitu. Seorang ayah yang berkorban demi keluarganya berarti menempatkan keluarganya jauh lebih berharga daripada dirinya sendiri.

Ada yg mendefinisikan "law of sacrifice" berbunyi kita nggak akan bisa mendapatkan sesuatu yang bernilai tanpa mengorbankan hal lainnya (yang kita anggap kurang bernilai). Tapi namanya juga manusia, kadang kita nggak mau mengorbankan sesuatu untuk mendapat sesuatu sebagai gantinya. Istilahnya, kalo bisa nggak keluar duit/usaha keras why not? Dan itu yang ditawarkan dunia sekarang. Maksudnya apa?

Misalnya kita sering denger slogan langsing tanpa perlu olahraga, kaya tanpa perlu kerja keras, dll. Menurut law of sacrifice, penawaran itu cuma omong kosong, harus ada harga yang dibayar untuk dapat hasil tersebut. Tentu bisa aja kita beruntung dan dapet undian 100 jt tanpa harus usaha/kerja (pure luck atau kemungkinannya kecil). Tapi apa nilainya 100 jt yang gampangan begitu dibanding dengan 100 jt hasil kerja keras? Biasanya kita akan kurang appreciate dengan segala sesuatu yang mudah kita dapatkan. Yes, we take it for granted.

Inilah yang mau ditunjukkan oleh law of sacrifice. Pengorbanan bukan hanya membawa kita hanya pada suatu tujuan yang lebih baik, tapi juga membentuk diri kita selama prosesnya. Kenapa law of sacrifice penting? Karena kalo kita mau maju, kita perlu untuk melepaskan (baca: mengorbankan) beberapa hal, klo nggak.. kita akan sulit maju. Orang yang berpendapat bisa mendapatkan keinginannya tanpa perlu pengorbanan malah sulit untuk maju dengan efektif, karena masih memegang banyak hal sekaligus di tangannya.
When you believe you can have whatever you want without giving up anything in return, you can never fully embrace and enjoy your choices. You must embrace the fact that there are trade-offs in life and that you can’t have one thing without giving up another.

Kalo kita ternyata nggak happy sama pilihan kita, itu berarti karena kita memilih hal yang kurang penting bagi diri kita (salah pilih prioritas). Kita yang menentukan sendiri value apa yang penting bagi kita, itulah yang jadi patokan untuk memilih apa yang terpenting dalam hidup. Misalnya kalo kita nilai ujiannya nggak bagus, bisa jadi karena kita menghargai waktu kumpul sama temen-temen kita lebih tinggi daripada nilai ujian kita. Sehingga akhirnya kita bukan lagi bertanya "Apa yang akan saya lakukan untuk mencapai keinginan saya?" tapi "Apa yang dapat saya korbankan untuk mencapai keinginan saya?". Mau pinter? Korbankan waktu maen, ya terus belajar lah. Mau sehat? Korbankan gaya hidup yang buruk (rokok, miras, drugs) dan jadilah sehat.

Taken and rewritten from the #TheArtOfManliness


Other resources:
- The Law of Sacrifice, from John Maxwell book
- The Success Sacrifice (picture also taken from here)


cheers,
signature

No comments:

Post a Comment